Yups, sebenarnya ini artikel yang telat posting, tapi gak apa-apa yah... mengingat everyday is fatherday #halahngarang. hihi..
So, ini artikel yang saya pendam sebelumnya dan baru mau di publish sekarang. Semoga bermanfaat dan selamat membaca... :)
Pada hari spesial ini, kita akan membahas mengenai
ayah yang sedang jadi topik pembahasan jurnal-jurnal psikologi. Dimana Lewis
& Lamb (2003), menemukan bahwa terdapat 700 artikel yang membahas tentang
peran laki-laki dalam keluarga.
Sebuah website www.dads4kids.org.au melansir bahwa terdapat kondisi yang harus dikhawatirkan saat ini, yakni
kondisi fatherless. Fatherless ini
merupakan masalah yang berkembang di Australia dan dunia Barat. Kondisi ini
disebabkan oleh perceraian dan perpecahan
keluarga atau sengaja diasuh oleh single parent, sehingga semakin banyak
anak yang tumbuh tanpa adanya ayah.
Dengan kata lain, fatherless
adalah ketidakhadiran ayah baik secara fisik maupun psikologis. Bertambahnya
jumlah perceraian bisa berdampak terhadap terjadinya kondisi ini. Karena ketika
ayah dan anak tidak tinggal bersama, maka bisa jadi mengurangi proses
pendampingan ayah terhadap anaknya. Sebagaimana hasil penelitain menunjukan
bahwa fatherless terjadi akibat ketidakpuasan
anak berkomunikasi dengan ayahnya dalam hal kuantitas. Sehingga hal ini
menunjukan bahwa adanya kekosongan figure ayah dalam hidupnya. Dimana
terjadinya kurang pertemuan ayah dan anak (kock & Lowery, 1984).
Sedangkan peran ayah dalam pengasuhan adalah sama
pentingnya dengan peran ibu. Hanya saja selama ini, ayah lebih dikenal dengan
sosok financial provider. Padahal
peran ayah sangat penting dalam proses perkembangan kognisi, afeksi dan psikomotorik
anak. Ketidakhadiran peran ayah akan berdampak pada kondisi psikologis anak.
Seperti dimuat pada www.fathers.com
menyatakan bahwa beberapa anak di Amerika mengalami fatherless, 6 diantaranya mengalami dampak berikut : lebih terlihat
tidak mampu, terkena narkoba dan alcohol, drop out dari sekolah, mudah sakit
dan bermasalah secara emosi. Laki-laki lebih berpotensi terlibat kriminalitas
dan perempuan lebih berpotensi hamil di usia remaja.
Kondisi ini tentu sangat berkaitan erat dengan “individual differnecces”, namun solusi
yang bisa dilakukan adalah meningkatkan komunikasi secara kualitas dan
kuantitas antara Ayah-anak. Meskipun orang tua bercerai, namun pengaushan anak
tetap memerlukan ayah-ibu. Selain itu kesadaran bahwa laki-laki juga harus hadir
dalam pengasuhan adalah hal yang penting. Hal ini bisa ditunjukan dengan ayah
juga mendampingi anak belajar dan bermain sesuai tingkat perkembangannya.
Kemudian ibu juga bisa berperan mewakili sosok ayah
dengan banyak menceritakan hal-hal positif tentang ayah pada anaknya, agar anak
tetap memfigurkan sosok ayah. Atau bisa mengikuti pengasuhan ala Rasulullah
Saw, dimana ketika ayahnya meninggal, sosok ayahnya digantikan oleh kakek dan pamannya Abu Thalib. (Jaisyurrahman, mommee.org)
Mewakili team baperin... postingnya okeh...
BalasHapusDalam keluarga terdapat peran Ayah dan Ibu. Dalam kata FAMILY juga terdapat suatu penjabaran kata: Father And Mother, I Love You.
BalasHapusBeruntunglah anak yang masih bisa berkumpul bersama Ayah dan Ibunya. Pergunakanlah waktu bersama Orang Tua, selagi masih ada di dunia.
Semangat dan sukses Ajsyami dalam dunia membaca dan menulisnya.
Salam,
Rizqi Rangga Aufar
Find me here >>
www.rizqiranggaaufar.wordpress.com
www.instagram.com/rizqirangga/
www.facebook.com/rizqiranggaaufar/
www.twitter.com/rizqirangga/
https://id.linkedin.com/in/rizqiranggaaufar
saya sudah kehilangan ayah, sejak usia 11 tahun Mb, hiiiks
BalasHapusUlasannya sangat menarik. Senang sekali dapat berkunjung ke laman web yang satu ini. Ayo kita upgrade ilmu internet marketing, SEO dan berbagai macam optimasi sosial media pelejit omset. Langsung saja kunjungi laman web kami sboplaza.com ya. Ada kelas online nya juga lho. Terimakasih ^_^
BalasHapus