Selamat
hari kesehatan nasional nice reader…
Kesehatan
adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Namun, dihari kesehatan
nasional ini kita harus berduka cita atas bencana asap yang melanda sebagian
pulau di Indonesia. Seperti di lansir dari Riaupos.co Bahwa kurang lebih
12.262 orang terkena Ispa (inspeksi saluran pernapasan akut).
Tahukah
teman-teman, bahwa kabut asap ini tidak hanya berbahaya bagi kesehatan fisik
saja, namun juga berdampak terhadap kesehatan psikologis seseoarang. Para peneliti telah menemukan bahwa polusi udara tingkat tinggi dapat merusak kemampuan kognitif anak-anak, meningkatkan risiko dari penurunan kognitif dan bahkan mungkin berkontribusi terhadap depresi.
Berikut
adalah beberapa dampak dari asap terhadap kesehatan psikologis manusia:
1.
Cognitive connections
Hasil penelitian Jennifer Weuve,
MPH, ScD, asisten
profesor penyakit dalam di Rush
Medical College, menemukan bahwa wanita
yang lebih tua dan telah terkena
paparan
polusi udara tingkat tinggi (kurang lebih selama 7-14 tahun) mengalami penurunan kognitif lebih besar
dibandingkan dengan wanita lain usia mereka (Archives of Internal Medicine, 2012) . Para peneliti menemukan bahwa paparan jangka panjang dari polusi udara tingkat tinggi secara
signifikan memburuk penurunan
kognitif perempuan, yang diukur
dengan tes keterampilan kognitif.
2. Young minds
Penelitian dari Shakira Franco Suglia, ScD, asisten profesor di Boston University School of Public Health, mengamati lebih dari 200 anak-anak Boston dari lahir sampai usia rata-rata 10 tahun. Mereka menemukan bahwa anak-anak yang terkena paparan karbon hitam tingkat tinggi menunjukan nilai buruk pada tes IQ seperti memori, verbal dan nonverbal (American Journal of Epidemiology, 2008).
3. Brain changes
Sebuah
percobaan dilakukan oleh Randy Nelson, PhD, seorang profesor ilmu saraf di Ohio State University, terhadap tikus. Dimana tikus tersebut
di ekspos tehadap polusi udara tingkat tinggi yang mengandung partikel halus
berbahaya lima kali seminggu, delapan jam sehari (untuk meniru kondisi
manusia). (Molecular Psychiatry 2011).
Setelah 10 bulan,
mereka menemukan bahwa tikus yang telah terkena udara tercemar membutuhkan lebih
lama untuk belajar tugas maze (labirin)
dan membuat lebih banyak
kesalahan daripada tikus yang
tidak menghirup polusi.
Kita
doakan semoga bencana asap seperti kemarin tidak terulang lagi. Karena tentu
kita berharap Indonesia selalu bebas asap dan senantiasa sehat.