8 Jan 2021

Curhat pertama 2021

Sudah lama saya tidak posting apapun di blog ini. Alasannya pastinkarena saya malas menulis lagi. Ahaha. Yup saya tidak perlu denial kalau selama ini malas menuangkan cerita. Sekarang setelah vakum sekian lama saya mulai merasa ingin menuangkan pikiran lewat tulisan. Entah kenapa saya ingin curhat panjang lebar yang tentu saja rasanya tidak pas dituangkan di IG, media sosial yang selama ini aktif saya gunakan.

Setelah dipikir-pikir, saya perlu menulis untuk menuangkan isi pikiran. Jadi tak perlu sangat peduli dengan apa hasilnya. Yang penting lega karena sudah mengosongkan pikiran. Hihi. Tapi ya sebisa mungkin saya belajar melihat dari sudut pandang yang sekiranya memberi perfektif bermanfaat bagi yang membacanya. Meskipun saya jangan terlalu memedulikan apakah ada yang baca atau tidak blog ini. 

Hambatannya adalah rasa malas dan rasa tak percaya diri. Entah kenapa mudah insecure dengan tulisan sendiri. Yup saya paham yang bermasalah adalah cara saya mempersepsikannya. Kadang ketakutannya memang untuk hal yang belum tentu terjadi, tapi saya sudah takut duluan. Ah dasar si aku!

26 Jan 2020

Biaya Rumah Tangga itu Mahal, Saya harus Bersikap apa?

Kehadiran media sosial menjadikan informasi sangat mudah didapat. Salah satunya tentang persiapan pernikahan, kehamilan, melahirkan sampai membesarkan buah hati. Bahkan infonya bisa mendetail sampai ke estimasi biayanya.

Informatif tentu saja. Saya pribadi terbantu dengan informasi tsb. Namun dihati kecil muncul kegelisahan. Menjadikan informasi tsb sebagai standar pribadi. Lambat laun mengusik pemikiran saya. Seolah menuntun pada satu kata : mahal. Nikah mahal. Hamil mahal. Melahirkan mahal. Membesarkan anak itu mahal.

Untung saya udah nikah. Barangkali jika belum nikah, pemikiran menunda nikah krn biaya mahal akan muncul. Menunda agar siap secara finansial seperti terdengar bijak ya...

Ini bukan membicarakan bahwa berpikir seperti itu salah. Tapi saya sedang melihat kesudut lain saja. Barangkali kita bisa melihat dari celah lain dan menemukan jalan lebar yang lebih nyaman ditempuh.

Wajar jika kita takut dengan biaya rumah tangga. Sungguh tepat bila dilanjutkan dengan kewaspadaan juga persiapan, antisipasi dg strategi.

Manusia bertahan beribu tahun juga karena ada rasa takut. Semacam mekanisme pertahanan diri otomatis akan bahaya. Flight or fight. Menghindar atau maju.

Namun kita perlu amunisi lain yaitu  keberanian untuk maju. Keberanian untuk melangkah, menghadapi rintangan. Termasuk menghadapi mahal nya biaya rumah tangga.

Karena kata siap seolah takan pernah siap 100%. Bicara biaya dan mahal, sebenernya relatif bukan? Bisa jadi tak siap nya kita secara finansial justru garis start siap ya keluarga lain. Karena kadang kita yang buat standar itu sendiri.

Padahal bicara menghidupi keluarga bukan perkara nominal uang saja. Rezeki tak melulu soal uang. Pengetahuan kita, keterampilan kita, bahkan lingkaran pertemanan bisa jadi rezeki tersendiri. Barangkali jika dikelola dengan baik bisa mengarahkan datangnya uang itu. 

Kembali lagi soal takut dan berani. Keduanya perlu, hindari terlalu. Mengelola nya menjadi pas sesuai kebutuhan memang tidak mudah. Tapi ini mengingatkan pada saya yg akhir-akhir ini terlalu takut. Kurang keberanian. 

Padahal jika diingat, dulu kami menikah dengan kesiapan yang minim. Bahkan sampai melahirkan pun begitu. Sepertinya waktu itu keberanian saya lebih banyak dari sekarang. 

Oya mungkin kita juga pernah membaca soal rezeki yang dijamin karena beberapa hal. Rezeki bagi yang mau menikah dan rezeki karena punya anak. 

Sepertinya mindset ini harus kita jaga dan yakini. Bukankah hukum alam itu mengatakan pikiran adalah magnet. Apa yang kita yakini itulah yang akan terjadi. 

Meyakini bahwa semua hamba Allah terjamin rezekinya. Biarlah terus hidup dalam benak kita, agar api keberanian melangkah terus berkobar.

Disisi lain kita juga perlu memberi makan rasa takut. Pengetahuan pengelolaan keuangan misalnya, bisa jadi senjata agar si takut tidak mendominasi. 

Kita perlu keduanya agar jalan kita lebih mudah. Meski kita sadar proporsi keduanya bersifat kondisional. 

Hanya saja, saya saat ini sedang butuh banyak amunisi keberanian. 

28 Sep 2018

Anak dari IBU BEKERJA VS IBU di RUMAH, siapa yang lebih sukses?



Sebuah catatan, renungan saya dan suami.


Saya dibesarkan oleh ibu & bapak yang full dirumah sedangkan suami dibesarkan oleh single parent yg bekerja di publik.

Lalu siapa diantara kami yang lebih sukses?

Sebelum menjawab itu, kami merenungkan bagaimana pengasuhan yang mereka lakukan. Ternyata kalau dipikir-pikir, orangtua kami ini pola pengasuhannya sama. Sama-sama mengandalkan insting sebagai orang tua dan berkomitmen untuk  memberikan yang terbaik pada anak sesuai apa yang mereka anggap benar.

Orangtua saya meyakini bahwa pendidikan terbaik adalah yg berbasiskan islam, maka disekolahkanlah saya sejak SMP - Universitas di lembaga islam. Sedangkan ibu suami meyakini bahwa pendidikan terbaik adalah sekolah negeri, maka jadilah suami lulusan SD - Universitas negeri.

Bagaimana hasilnya?
Saya dan suami sama-sama lulus S1 lalu bekerja. Kami berhasil melalui masa remaja dengan tidak bersinggungan dengan hukum. Baik di sekolah maupun didunia kerja, kami bisa dibilang mampu beradaptasi dengan baik. Kami menjadi manusia "normal" sesuai dengan apa yg diajarkan di pendidikan kewarganegaraan.
  Untuk itu kami bersyukur juga berterimakasih atas apa yang orangtua kami lakukan. Mereka telah melakukan yang terbaik.

Tapi pertanyaan berikutnya muncul. Apakah menjadi manusia cukup itu sudah cukup? Apakah menjadi pribadi cukup baik itu cukup?

Pertanyaan inilah yang kemudian mengajak saya dan suami merenungkan kembali pola pengasuhan orangtua kami.

Bahwa ternyata ibu dirumah ataupun bekerja, si anak akan berada dilevel kesuksesan yg sama bila pola asuh-didiknya sama.

Bila hanya mengandalkan insting kata hati saja, maka hanya akan menjadikan si anak manusia normal yang hanya "cukup" saja. Cukup baik, cukup sejahtera, dan cukup lainnya.

Sehingga kami menyimpulkan bahwa jika ingin menjadikan anak lebih sukses dari kami. lebih dari "cukup" baik, lebih suksesmulia maka perlu pola asuh-didik yang berbeda.

Bahwa mengandalkan insting saja tidak cukup. Kami butuh ilmu asuh-didik. Kami harus belajar, tidak cukup dari orangtua kami tapi juga dari mereka yang lebih ahli.

Ada nasihat yg mengatakan :
"Adab sebelum ilmu dan ilmu sebelum Iman".

Iman/keyakinan dalam mengambil keputusan pengasuhan akan tepat bila berlandaskan ilmu. Namun ilmu akan datang pada mereka yang beradab.


Artinya, inilah saatnya kami perbaiki adab sembari menuntut ilmu. Ini perlu proses tentunya!

Doakan kami ya bisa menjadi pribadi lebih beradab dan berilmu ya 😇😇😇

Harapannya semoga dengan ini pola asuh didik kami akan menjadikan anak-anak kami manusia yang lebih baik, lebih bermanfaat, dan menjadi berkah untuk alam semesta.


Salam,
Mia-Yono


24 Mei 2016

Story of Kakak bayi : Pemeriksaan Kedua di Bintaro Women and Children Clinic

Hari Senin kemarin, tepatnya 23 Mei 2016 saya kembali ke Bintaro Women and Children Clinic. Pada pemeriksaan kehamilan yang kedua kalinya ini saya ditemani oleh suami tercinta, Alhamdulillah suami sedang off kerja. Hal ini ternyata bisa menjadi our times-nya kami berdua lho. hihi..

Melihat perkembangan buah hati tentunya menjadi moment yang menyenangkan sekaligus mengharukan bagi saya pribadi. Terlebih saat melihat perkembangan si jabang bayi mealui layar USG. Perkembangannya terasa begitu cepat. Bulan lalu, saat saya menengoknya dia masih sangat kecil tanpa pergerakan signifikan di dalam kantung janin. Sedangkan hasil yang kemarin menunjukan bahwa si 'kakak bayi' sehat. Ia aktif dalam kantung, bahkan dokternya pun memperdengarkan suara denyut jantung si bayi. Aaahhh, Subhanallah. Semacam energi bahagia membuncah dan menyelimuti saya dengan seketika setelah mendengar suara jantungnya. Alhamdulillah kakak bayi sehat...

Bagi ibu hamil, kesehatan si janin tentu menjadi hal yang utama. Terkadang saya cemas dengan kondisinya, apakah dia benar-benar sehat? bagaimana perkembangannya dalam perut saya?

Jujur, rasa khawatir ini terpicu salah satunya adalah karena berat badan saya masih stagnan di angka 46 kg. Jumlah makanan yang masuk pun berkurang jika dibanding bulan sebelumnya, selain itu tensi darah saya dibawah normal. Namun hasil pemeriksaan kemarin membuat saya lebih tenang. Anakku sehat dan lincah!

Saya juga mendengarkan pengalaman ibu hamil disekitar saya. Yah, masing-masing ada masa 'tidak mudah'-nya. Semacam tantangan yang membuat kekhawatiran untuk para ibu. Dan jika dibandingkan dengan apa yang saya alami. Ahh, tidak ada apa-apanya. So sepatutnya saya lebih semangat dan bersyukur. Tidak ada keluhan berarti selama kehamilan ini.

Saya bisa dengan senang hati memilih menu apa yang akan saya makan dan tentu saja makanan tersebut saya makan sampai habis. Saya juga masih mampu bekerja dengan normal tanpa terganggu morning sickness, ngidam, dll. Cukup siapkan cemilan manis, cemilan asin dan buah-buahan. Maka saya bisa melalui hari dengan nyaman. hehe.

Setiap hari pun saya bepergian dengan motor dengan jarak yang tidak dekat. Dari rumah ke kantor itu sekitar 15 km. dan saya menggunakan Gojek/Grab pulang pergi, kecuali ketika suami ada di Jakarta. dan itu aman. Aman karena saya pun percaya, saya baik-baik saja, saya kuat dan anak saya juga aman bersama saya.

Ketika konsultasi ini saya sampaikan beberapa keluhan kepada dokternya. Saya bersyukur dokternya menyikapinya dengan santai. Hasilnya tidak banyak obat yang harus saya konsumsi, hanya satu jenis vitamin saja dan itu masih ada sejak konsultasi bulan lalu. So, saya tak perlu minum susu kehamilan. Saran yang selalu disampaikan dokternya adalah pola makannya diatur, makan yang sehat dan bergizi saja. Alhamdulillah sederhana dan ekonomis. hehe

Jadi saya pun tidak perlu menyiapkan budget khusus selama kehamilan ini kecuali untuk test darah di lab. Karena di trimester pertama, ternyata penting untuk test darah. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi gula darah, hb dan rhesus si ibu. Sebagai upaya pencegahan apabila da hal-hal yang tidak aman. Ternyata test ini perlu dilakukan lagi di trimester ketiga, sebagai persiapan kelahiran si bayi tentunya.

Adapun biaya yang saya keluarkan pada setiap pemeriksaan di BWCC adalah sebagai berikut :
administrasi : 15ribu
konsultasi dokter : 100rb
USG : 65rb
Vitamin (merk Folamil) : 135rb (di Century harganya 140rb-an harga member)

Sedangkan test darah ini bisa dilakukan di lab mana saja. Di BWCC sendiri harganya adalah 350rb. Saya pun coba mengecek ke klinik Prodia, ternyata biayanya 654rb.

So, itu cerita saya di pemeriksaan kehamilan kedua di trimester pertama. Yuk sharing tentang kehamilan dengan saya. :)


28 Apr 2016

Story of Kakak Bayi : edisi random

Assalamualaikum Nice Reader....


Kehamilan ini adalah awal bagi saya dan suami untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Tidak sebagai saya, tidak sebagai istri. Namun sebagai Ibu dan sebagai keluarga. Bahkan bisa jadi tanggung jawab sebagai peradaban.

Saya masih ingat nasehat yang disampaikan Kakek saya di hari pernikahan. Kurang lebih begini. Keluarga yang harmonis, sakinah-mawaddah dan warrahmah adalah kunci untuk menjadi negara yang baldatun toyyibun wa rabbun ghaffur. Negara yang aman tentram dimulai dari dua kepala terlebih dahulu, yakni suami dan istri. Sehingga bisa membuat keluarga baik lalu mampu membuat lingkungan juga baik. Maka tak heran bila shalat adalah tiang agama dan menikah adalah penyempurna agama. Bahkan Nabi Muhammad menyatakan bahwa seseorang sempurna menjadi umatku apabila sudah menikah. (kurang lebih begitulah redaksinya saya tidak begitu hapal).

Tanggung jawab. Jujur saya masih belajar untuk menjadi pribadi yang penuh tanggung-jawab. kehadiran kakak bayi ini juga mengajarkan saya untuk bertanggung jawab. Saya terdorong untuk memperhatikan asupan makanan, melawan malas makan karena yang terpikir oleh saya sekarang adalah kesehatan perkembangan si Kakak bayi. Menjadi pribadi yang kuat, juga adalah salah satunya. Ingin anak yang seperti apa tergantung dengan apa yang dilakukan si ibu sekarang, ketika mengandungnya. itu pekerjaan yang tak mudah, menantang tapi demi tujuan kebaikan si kakak bayi saya harus melawan diri saya sendiri.

Fase kehamilan di trimester pertama merupakan fase adaptasi dengan perubahan hormonal. sesuatu terjadi dalam diri kita tanpa kita sadari, mungkin tak bisa kita kontrol. mungkin. Tapi yang saya rasakan ternyata bukan sesuatu yang aneh atau menyiksa. Alhamdulillah, saya tidak merasakan sesuatu yang berlebihan. Saya bisa beraktivitas normal tanpa terhalang mual dan muntah di pagi hari. Alhamdulillah saya terbebas dari keinginan yang aneh-aneh dan memberatkan orang disekitar. Sepertinya saya harus berterimakasih kepada kakak bayi yang anteng ini. Love u, Nak.

meski sesekali saya merasakan perubahan emosi yang mendadak juga sih. tepatnya minggu kemarin, minggu ke-7 kehamilan. Tetiba saya ingin menangis tanpa alasan yang jelas. kurang lebih dua hari saya merasakan kecengengan itu. meski setelahnya saya merasa menyesal tidak mampu mengontrol diri.

Awal Kehamilan.

Pada awal April lalu, saya mulai merasa "sepertinya saya hamil", meskipun itu baru 2 minggu pernikahan. Minggu pertama ini biasanya saya memang haid, terkadang mundur terkadang maju memang. setelah saya tunggu tak kunjung datang juga, akhirnya saya memutuskan testpack. hasilnya positif saya hamil. Saya ingat bagaimana ekspresi wajah suami saat itu. "ini Fase baru".

pertama yang dilakukan tentu saja googling! hehe.
Setelah membuka banyak artikel dan bertanya kepada teman yang sudah resmi jadi ibu. Ada beberapa hal yang kemudian menjadi notes saya.

Memilih dokter kandungan itu penting. Kenapa? karena dialah yang kemudian menjadi tempat kita bertanya dan berkonsultasi. saya pun baru tahu bahwa tidak semua dokter pro kelahiran normal, inisiasi dini, dll. Cukup kaget namun kehadiran internet memudahkan sih. Saya pun mulai mencari dokter perempuan yang pro normal dan bisa memberikan sugesti positif. Ketemulah saya dengan bebrapa nama recomended di daerah Bintaro dan ciputat.

Beberapa milis dan artikel juga berisi banyak petuah untuk para ibu hamil. Saya harus selektif dalam memilih mana yang bisa dijadikan rujukan. Satu hal yang saya ingat dengan baik adalah rahim adalah tempat teraman dan terkuat bagi janin. So, tidak ada istilah lemah kandungan. trimester pertama adalah masa adaptasi dan seleksi alam. Hati-hati penting namun berlebihan juga tidak baik. naik pesawat boleh, makan daging, sayur, ikan, seafood itu boleh. Yang tidak boleh adalah yang berlebihan, tidak bersih dan tidak matang. tambahan vitamin boleh namun yang terpenting asupan makanan yang bergizi lebih utama.

hemm, Saya yang gak doyan sayur pun berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ternyata kuncinya satu, sayuran yang dimasak harus terlihat fresh, tidak terlalu layu bahkan kematangan. Setidaknya dari looking yang menarik bisa membuat saya mau makan. Berikutnya adalah rasa, ini cukup menantang, tidak semua orang bisa masak enak atau pas dilidah saya. Mau gak mau saya sendirilah yang harus masak, dan dengan cukup percaya diri saya cocok dengan masakan saya. hehe. So, saya punya beberapa list nama orang yang menurut saya enak kalau masak. Bahkan masak apapun.

Bagi saya saat ini, makanan enak adalah kunci sehat. Karena cita rasanya tidak pas dilidah mana bisa dimakan dan justru sesehat apapun makan itu tidak akan menyehatkan kalau hanya dilihat. hehe. So,  nanti saya akan pulang ke Garut, saya mau makan enak di Garut. Ayah dan Ibu saya jago masak! Sebagai seafood mania, saya tak sabar untuk mencicipi Udang, lobster, Ikan dengan aneka olahannya. hihhii..

Btw, saya panggil si janin ini Kakak bayi karena nanti dia akan menjadi kakak untuk adik-adiknya. Saya ingin menjadi ibu untuk 3 atau 4 anak. hehe. Semoga Allah mengizinkan. Aamiin. Bahkan, karena di awal kehamilan ini perut saya sudah menggembung sempat terpikir jangan-jangan ini ada dua bayi, yaa meskipun saya dan suami tidak ada gen kembar juga sih. Hehe.

Harapannya Kakak bayi bisa menjadi anak yang sholeh(ah), menjadi imam, menjadi khalifah islam, hamba Allah yang bertaqwa dan berbakti kepada orang tua. Tentu saja semoga saya bisa menjadi ibu yang baik kepada kakak. Bismillahirrahmanirrahiim.





Story Of "Kakak Bayi" Bagian 1

Assalamualaikum Nice Readers...

Hari Rabu kemarin akhirnya saya bisa kontrol kehamilan ke dokter kandungan langsung. Setelah gagal bertemu dokter di hari Minggu. hehe.

Jadi begini teman-teman nice Reader, ternyata di hari Minggu rata-rata dokter kandungan itu prakteknya hanya setengah hari. Pun dengan klinik-klinik yang di Papannya terpampang sedia USG. Kenyataannya mereka punya jadwal tertentu dan hari minggu rata-rata tutup. huhu.

Ceritanya, hari Minggu kemarin, saya dan suami memutuskan pergi ke dokter di Klinik yang berada di Bintaro, jadwalnya sih pukul 13.00. So, kami berdua memutuskan mencari makan dahulu. Nah ketika sampai di klinik barulah kami tahu bahwa dokter tersebut berhalangan dan jadwalnya di undur. Langsunglah kami mencari dokter di klinik atau Rumah Sakit lain. Setelah berkunjung ke tiga RS, hasilnya sama lho, praktek para dokter kandungan selesai di jam 12.00.

Akhirnya kami pun memutuskan ke klinik (Klinik Makmur Jaya) di daerah Ciputat. Setelah mengantri lama, kami pun bertemu dengan Bidannya. Ternyata di hari itu tidak bisa cek USG. Jadi, perut saya hanya di pijat-pijat dan informasikan tentang perkiraan jadwal kelahiran. Padalah hal itu sudah saya dapatkan melalui internet. Jujur sedikit kecewa karena saya tidak mendapatkan info tambahan lainnya selain vitamin (asam folat). Karena masih penasaran, kami berdua pun keliling lagi mencari tempat yang bisa USG. Namun hari itu memang belum berjodoh untuk cek kondisi  si kakak bayi.

Nah ceritanya hari Rabu kemarin saya bertekad harus berhasil cek USG. Saya pun datang ke Bintaro Women and Children Clinic yang berada di Bintaro sektor 9. alhamdulillah saya bisa bertemu dengan dokter kandungan. Namanya dr. Siti Azizah, beliau dijadwalkan dari jam 08.00-12.00. Saya sampai disana sekitar jam 11.00. untungnya sih tidak antri panjang, sehingga setelah beberapa menit menunggu sambil mengisi form saya bisa masuk ke ruangan praktek beliau.

Jujur saya sangat antusias untuk melihat kondisi kakak bayi, sehingga ketika di monitor menunjukan kantung hitam yang konon itulah kantung rahim. Saya senang bercampur haru. Aaahh saya akan menjadi ibu! Kemudian dokternya pun menunjukan bahwa si janinnya berada di dalam kantung tersebut. Artinya kandungannya aman. Ah saya lega.

Setelah itu, dokternya pun menuliskan resep sambil menanyakan kondisi saya, apakah mual, pusing, dll. Alhamdulillahnya sih saya tidak mengalami "morning sickness", hanya baru minggu-minggu ini menjadi lebih sensitif terhadap bau-bau dan makanan. Dokternya pun hanya menuliskan satu resep saja yang itu pun diminum ketika vitamin dari Bidan sudah habis.

Waktu saya berbincang dengan dokternya pun tidak lama, dan saya memang gak nanya-nanya juga sih. Tetiba lupa mau nanya apa setelah berhasil cek USG. ihihi. Bulan depan saya harus cek ke dokter bersama suami, soalnya dia lebih cerewet dan detail kalau nanya-nanya. :)

Oya kehamilan saya sekarang menginjak usia 8 minggu, karena terhitung dari hari pertama haid terakhir, dan haid terakhir saya memang sebelum menikah. So usia si kakak bayi lebih tua dari usia pernikahan.ohoho. (monggo di cek cara menghitung usia kehamilan).

So, kehamilan ini mengajarkan saya tentang konsep Rezeki yang sesungguh-sungguhnya. Menurut kami berdua, inilah rezeki yang tak terduga namun tentu sangat di harapkan. dan The Power of sugestion juga sih.  Karena sebelum menikah saya sudah sering bilang sama orang tua, calon suami dan teman-teman bahwa nanti saya akan langsung hamil. dan itu benar-benar terjadi! Yups, kata-kata itu memang powerfull. Kita gak akan pernah tahu kata mana yang kemudian menjadi doa dan di amiin kan oleh Allah. maka, kata-kata positif itu menjadi hal yang harus dijaga.

Saya sadar bahwa di luar sana banyak sekali para keluarga yang mengharpkan kehadiran baby namun belum diberikan kesempatan itu. Kemudahan kehamilan ini tentu menjadi penyemangat bagi saya dan suami untuk terus belajar bersyukur. "Maka, nikmat Tuhan yang mana lagi yang kau dustakan?"

See you next post....

18 Nov 2015

Bisakah Asap Mengubah Perilaku?

Selamat hari kesehatan nasional nice reader…

Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi setiap orang. Namun, dihari kesehatan nasional ini kita harus berduka cita atas bencana asap yang melanda sebagian pulau di Indonesia. Seperti di lansir dari Riaupos.co Bahwa kurang lebih 12.262 orang terkena Ispa (inspeksi saluran pernapasan akut).

Tahukah teman-teman, bahwa kabut asap ini tidak hanya berbahaya bagi kesehatan fisik saja, namun juga berdampak terhadap kesehatan psikologis seseoarang. Para peneliti telah menemukan bahwa polusi udara tingkat tinggi dapat merusak kemampuan kognitif anak-anak, meningkatkan risiko dari penurunan kognitif dan bahkan mungkin berkontribusi terhadap depresi.

Berikut adalah beberapa dampak dari asap terhadap kesehatan psikologis manusia:

1.       Cognitive connections
Hasil penelitian Jennifer Weuve, MPH, ScD, asisten profesor penyakit dalam di Rush Medical College, menemukan bahwa wanita yang lebih tua dan telah terkena paparan polusi udara tingkat tinggi (kurang lebih selama 7-14 tahun)  mengalami penurunan kognitif lebih besar dibandingkan dengan wanita lain usia mereka (Archives of Internal Medicine, 2012) . Para peneliti menemukan bahwa paparan jangka panjang dari polusi udara tingkat tinggi secara signifikan memburuk penurunan kognitif perempuan, yang diukur dengan tes keterampilan kognitif.

2.        Young minds

Penelitian dari Shakira Franco Suglia, ScD, asisten profesor di Boston University School of Public Health, mengamati lebih dari 200 anak-anak Boston dari lahir sampai usia rata-rata 10 tahun. Mereka menemukan bahwa anak-anak yang terkena paparan karbon hitam tingkat tinggi menunjukan nilai buruk pada tes IQ seperti memori, verbal dan nonverbal (American Journal of Epidemiology, 2008).

3.   Brain changes
Sebuah percobaan dilakukan oleh Randy Nelson, PhD, seorang profesor ilmu saraf di Ohio State University, terhadap tikus. Dimana tikus tersebut di ekspos tehadap polusi udara tingkat tinggi yang mengandung partikel halus berbahaya lima kali seminggu, delapan jam sehari (untuk meniru kondisi manusia). (Molecular Psychiatry 2011). Setelah 10 bulan, mereka menemukan bahwa tikus yang telah terkena udara tercemar membutuhkan lebih lama untuk belajar tugas maze (labirin) dan membuat lebih banyak kesalahan daripada tikus yang tidak menghirup polusi.

Kita doakan semoga bencana asap seperti kemarin tidak terulang lagi. Karena tentu kita berharap Indonesia selalu bebas asap dan senantiasa sehat.