11 Feb 2013

RIF Ayahanda Iras

Rasanya baru kemarin saya bersama 9 teman lainnya berleha-leha merebahkan badan di rumah teman kami, Iras. saya masih ingat ketika itu kami baru saja sampai di tanah kelahiranku, pameungpeuk-garut setelah menempuh perjalanan dengan truk bekas pengangkut kambing. badan kami tentu bau kambing, tapi kami kelelahan dan malah merebahkan badan di sofa empuk rumah Iras. lalu kami mandi di kali dibelakang rumahnya, seolah-olah anak kecil yang baru ketemu sungai. senang sekali membayangkan masa itu. Namun rasanya kami, saya lebih tepatnya rasa-rasanya tidak pernah mengucap terima kasih pada pemilik rumah tersebut secara langsung.

Rumah itu selalu kulewati setiap kali pulang kampung, dengan bangga aku tunjukan pada orang tuaku.

"Mah, ieu tah rumah Iras teh, nubasa eta maen ka laut geuning", lalu akau menunjuk rumah tersebut.
"Da, mamah ge kenal teh, kamari ge nawar cau nu di gantung di Ciongong. bapakna Iras teh kalah nyarios, abi teh da bapakna Iras anu di DA tea."

itu percakapanku dengan mamah saat pulang kampung kemarin. rasanya sungguh baru kemarin cerita itu bergulir.

Yah kami sudah berpisah sejak hampir 4 tahun yang lalu, namun cerita itu tetap masih ada. pembicaraanku ketika pulang sesalu berkisar tentang anak-anak DA. Salah satunya tentang Iras. jujur moment langsung dengan ayahanda Iras kurang begitu banyak, namun saya dapat mersakan kebaikan keluarganya, terutama ayahandanya. 

dan hari ini, aku mendapat kabar bahwa Ia (Ayahanda Iras) telah berpulang ke rahmatullah. semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah, keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Iras, tabah ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar